Senin, 24 Oktober 2016

Prolog II Just a sad song

Prolog

‘Musik klasik adalah jenis musik yang paling kau sukai. Chopin ballade no 1, G minor , OP23 adalah lagu yang sangat sering kau mainkan hingga aku jengah medengarnya ketika melewati ruangan persiapan musik sekolah. kau disana dengan sebuah piano dihadapanmu, terlihat seperti bukan Jeon Jungkook yang kukenal. Tapi kau bermain dengan hatimu kali ini, indah, tenang namun tak sesempurna Beethoven. Kau bukan lah Beethoven, Kau adalah kau, si sinis yang membuatku ikut campur dalam kehidupanmu’

“kali ini tamat sudah riwayat mu Kim Taehyung”

Lelaki dengan luka memar di beberapa bagian wajahnya itu mendesah pasrah di dalam sebuah ruangan sempit, ber AC namun terasa pengap. Ia duduk dengan tenang di hadapan Ahn Saem wali kelasnya.
“Harus ku peringatkan berapa kali agar kau lebih bisa mengontrol emosi mu huh?” lelaki paruh baya di depan Taehyung mengangkat sedikit nada bicaranya.

“mereka yang duluan Saem! Bagaimana bisa aku diam saja” lelaki yang lebih muda dengan NameTag Kim Taehyung di blazer hitam yang di gunakannya itu menjawab, tak gentar menatap mata Ahn Saem untuk beberapa saat.

“Kau itu masih kelas 1 dan apa kau tau apa artinya itu? Kau baru 3 bulan sekolah disini dan kamu sudah 2 x berkelahi. Mau jadi preman?”

“Mudah berbicara, Saem tak mengalaminya” Taehyung membela diri sebisa mungkin, meskipun ia sadar bahwa apa yang ia perbuat sebenarnya salah. Tapi tetap saja anak-anak basket itu harus di beri pelajaran setelah mengerjai Jimin sepulang sekolah kemarin.

“Itulah sebabnya aku selalu bilang kau harus banyak belajar...”

“Arra! Aku tau aku ini memang bodoh Saem” potong Taehyung
Lelaki paruh baya itu tersenyum sekilas, memahami perasaan anak didik nya ini. Rahang Taehyung mencengkram kuat, ia menahan emosinya dan Ahn Saem mengetahui itu.

“Harusnya kau melawan mereka dengan Otak bukan dengan Otot, dan sekarang kebodohan mu itu semakin terbukti bukan?”

Lelaki itu terkikik pelan, Taehyung mendengus saja mengutuki dirinya sendiri.

“Akhh ya saem !” Taehyung memegangi pipinya setelah di tepuk oleh Ahn Saem tepat di luka memarnya setelah berhasil merobohkan 5 orang sekaligus. 1 team basket.

“aku akan menemui kepala sekolah merundingkan hukuman yang pas untukmu, kau tau skorsing saja tidak cukup kali ini”

Dengan gontai Taehyung keluar dari ruangan yang sering di sebut sebagai ruang BK itu. Ia sedikit mengerang ketika meregangkan otot-ototnya yang terasa tegang dan kaku sehabis berkelahi habis-habisan meluapkan semua amarahnya pada 5 orang sekaligus. Luka yang di dapatnya tergolong ringan setelah menghajar 5 orang tersebut.

Hari memang sudah lumayan sore, si pendek sialan itu sudah pasti pulang lebih dulu dengan alasan akan ada kencan dengan gadis yang mungkin saja sunbae yang di rayunya mati-matian. Langkah Taehyung hampir sampai di gerbang namun sebuah teriakan dari belakang gedung perpustakaan menghentikan langkahnya.

“JANGAN BELAGU !”

Teriakan itu terdengar lagi, Taehyung perlahan mendekat kearah gedung itu mengintip memastikan ada apa disana. Dugaan nya tak salah lagi, akan ada pengeroyokan lagi rupanya.

“Jangan cuman karna tampang kau lumayan jadi kau bisa seenaknya tebar pesonna kesemua perempuan”
Anak basket lagi, merasa pamor mereka sebagai siswa terkeren disekolah akan tersaingi beginilah cara mereka menyinngkirkan musuhnya, dengan cara keroyokan persis seperti yang di lakukan mereka pada Jimin beberapa hari yang lalu.

“Thanks untuk pujiannya” ucap seseorang yang akan di keroyok itu kalem tanpa memikirkan dampak yang akann di dapatnya.

Taehyung terbelalak, menatap lelaki pucat itu dengan santai meghadapi 5 orang yang sudah siap mengeroyoknya kapan saja, hanya menunggu aba-aba. Jeon Jungkook, Taehyung hampir saja berteriak ketika melihat teman sekelasnya yang ternyata hendak di keroyok.

“Sialan!”

Seorang dari 5 orang gerombolan itu mulai melayangkan tinju nya yang pertama, dengan secepat kilat Taehyung keluar dari tempat persembunyiannya dan menangkis tinju itu dengan cengkraman besarnya. 4 orang teman laki-laki yang melayangkan tinju itu ternganga, tak dapat bergerak sementara si empu yang tangan nya di cengkram oleh Taehyung hanya merintih kesakitan dan tak berani berontak.

“Dia kan Taehyung, yang tadi baru saja menghajar senior” ucap salah satu dari mereka

Mereka semua terdiam, ketakutan bahkan si tinju pertama malah lari terbirit-birit setelah Taehyung melepaskan cengkraman di pergelangan tangannya. Memang terkadang menjadi bad boy itu ada untung nya juga di saat-saat begini.

Taehyung menoleh kearah Jungkook, memastikan teman sekelasnya itu baik-baik saja tak lecet sedikitpun namun sosoknya malah tak ada di sana, lelaki bersurai hitam dengan sebuah ransel yang di tenteng nya itu sudah berjalan sangat jauh, pergi begitu saja tanpa bicara sedikitpun.

“Sopan sekali tuan” Sindir Taehyung agak keras karena jarak mereka yang agak jauh. Jungkook berhenti kemudian menoleh dengan wajah datarnya.

“apa?”

“setelah di selamatkan dari bahaya besar yang bisa saja membuat wajahmu itu penyok kau langsung pergi begitu saja? “

“memang kenapa? Bukan nya aku tidak memintamu membantuku tadi?” jawabnya dingin

“tapi wajahmu terlihat begitu tadi”

“kalau begitu matamu butuh kaca mata” tukasnya tak mau kalah

Taehyung terdiam, membatu. Ia tak dapat lagi melawan manusia pucat dengan mulut pedas ini, benar-benar sinis, bahkan Taehyung menyesal telah menolong Jungkook tadi.
Jungkook melanjutkan langkahnya meninggalkan laki-laki dengan rambut blode dan wajah yang agak sedikit memar itu, sejenak ia berhenti dan berbalik menatap lelaki bernama Kim Taehyung itu.

“dan ingat, jangan harap kita jadi dekat Cuma karena hal ini!” tegasnya membuat Taehyung sedikit bingung

"Thanks" lanjutnya

“Hah?”

"Eotte? kau puas?" laki-laki dengan surai hitam dan kulit pucat itu melangkah pergi


Taehyung tak mengerti, sebenarnya Jeon Jungkook ini alien darimana?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar