Prolog
‘Musik
klasik adalah jenis musik yang paling kau sukai. Chopin ballade no 1, G minor ,
OP23 adalah lagu yang sangat sering kau mainkan hingga aku jengah medengarnya
ketika melewati ruangan persiapan musik sekolah. kau disana dengan sebuah piano
dihadapanmu, terlihat seperti bukan Jeon Jungkook yang kukenal. Tapi kau
bermain dengan hatimu kali ini, indah, tenang namun tak sesempurna Beethoven.
Kau bukan lah Beethoven, Kau adalah kau, si sinis yang membuatku ikut campur
dalam kehidupanmu’
“kali ini tamat sudah riwayat mu Kim Taehyung”
Lelaki dengan luka memar di beberapa bagian wajahnya
itu mendesah pasrah di dalam sebuah ruangan sempit, ber AC namun terasa pengap.
Ia duduk dengan tenang di hadapan Ahn Saem wali kelasnya.
“Harus ku peringatkan berapa kali agar kau lebih
bisa mengontrol emosi mu huh?” lelaki paruh baya di depan Taehyung mengangkat
sedikit nada bicaranya.
“mereka yang duluan Saem! Bagaimana bisa aku diam
saja” lelaki yang lebih muda dengan NameTag Kim Taehyung di blazer hitam yang
di gunakannya itu menjawab, tak gentar menatap mata Ahn Saem untuk beberapa
saat.
“Kau itu masih kelas 1 dan apa kau tau apa artinya
itu? Kau baru 3 bulan sekolah disini dan kamu sudah 2 x berkelahi. Mau jadi
preman?”
“Mudah berbicara, Saem tak mengalaminya” Taehyung
membela diri sebisa mungkin, meskipun ia sadar bahwa apa yang ia perbuat
sebenarnya salah. Tapi tetap saja anak-anak basket itu harus di beri pelajaran
setelah mengerjai Jimin sepulang sekolah kemarin.
“Itulah sebabnya aku selalu bilang kau harus banyak
belajar...”
“Arra! Aku tau aku ini memang bodoh Saem” potong
Taehyung
Lelaki paruh baya itu tersenyum sekilas, memahami
perasaan anak didik nya ini. Rahang Taehyung mencengkram kuat, ia menahan
emosinya dan Ahn Saem mengetahui itu.
“Harusnya kau melawan mereka dengan Otak bukan
dengan Otot, dan sekarang kebodohan mu itu semakin terbukti bukan?”
Lelaki itu terkikik pelan, Taehyung mendengus saja
mengutuki dirinya sendiri.
“Akhh ya saem !” Taehyung memegangi pipinya setelah
di tepuk oleh Ahn Saem tepat di luka memarnya setelah berhasil merobohkan 5
orang sekaligus. 1 team basket.
“aku akan menemui kepala sekolah merundingkan
hukuman yang pas untukmu, kau tau skorsing saja tidak cukup kali ini”
Dengan gontai Taehyung keluar dari ruangan yang
sering di sebut sebagai ruang BK itu. Ia sedikit mengerang ketika meregangkan
otot-ototnya yang terasa tegang dan kaku sehabis berkelahi habis-habisan meluapkan
semua amarahnya pada 5 orang sekaligus. Luka yang di dapatnya tergolong ringan
setelah menghajar 5 orang tersebut.
Hari memang sudah lumayan sore, si pendek sialan itu
sudah pasti pulang lebih dulu dengan alasan akan ada kencan dengan gadis yang
mungkin saja sunbae yang di rayunya mati-matian. Langkah Taehyung hampir sampai
di gerbang namun sebuah teriakan dari belakang gedung perpustakaan menghentikan
langkahnya.
“JANGAN BELAGU !”
Teriakan itu terdengar lagi, Taehyung perlahan
mendekat kearah gedung itu mengintip memastikan ada apa disana. Dugaan nya tak
salah lagi, akan ada pengeroyokan lagi rupanya.
“Jangan cuman karna tampang kau lumayan jadi kau
bisa seenaknya tebar pesonna kesemua perempuan”
Anak basket lagi, merasa pamor mereka sebagai siswa
terkeren disekolah akan tersaingi beginilah cara mereka menyinngkirkan
musuhnya, dengan cara keroyokan persis seperti yang di lakukan mereka pada
Jimin beberapa hari yang lalu.
“Thanks untuk pujiannya” ucap seseorang yang akan di
keroyok itu kalem tanpa memikirkan dampak yang akann di dapatnya.
Taehyung terbelalak, menatap lelaki pucat itu dengan
santai meghadapi 5 orang yang sudah siap mengeroyoknya kapan saja, hanya
menunggu aba-aba. Jeon Jungkook, Taehyung hampir saja berteriak ketika melihat
teman sekelasnya yang ternyata hendak di keroyok.
“Sialan!”
Seorang dari 5 orang gerombolan itu mulai
melayangkan tinju nya yang pertama, dengan secepat kilat Taehyung keluar dari
tempat persembunyiannya dan menangkis tinju itu dengan cengkraman besarnya. 4
orang teman laki-laki yang melayangkan tinju itu ternganga, tak dapat bergerak
sementara si empu yang tangan nya di cengkram oleh Taehyung hanya merintih
kesakitan dan tak berani berontak.
“Dia kan Taehyung, yang tadi baru saja menghajar
senior” ucap salah satu dari mereka
Mereka semua terdiam, ketakutan bahkan si tinju
pertama malah lari terbirit-birit setelah Taehyung melepaskan cengkraman di
pergelangan tangannya. Memang terkadang menjadi bad boy itu ada untung nya juga
di saat-saat begini.
Taehyung menoleh kearah Jungkook, memastikan teman
sekelasnya itu baik-baik saja tak lecet sedikitpun namun sosoknya malah tak ada
di sana, lelaki bersurai hitam dengan sebuah ransel yang di tenteng nya itu
sudah berjalan sangat jauh, pergi begitu saja tanpa bicara sedikitpun.
“Sopan sekali tuan” Sindir Taehyung agak keras
karena jarak mereka yang agak jauh. Jungkook berhenti kemudian menoleh dengan
wajah datarnya.
“apa?”
“setelah di selamatkan dari bahaya besar yang bisa
saja membuat wajahmu itu penyok kau langsung pergi begitu saja? “
“memang kenapa? Bukan nya aku tidak memintamu
membantuku tadi?” jawabnya dingin
“tapi wajahmu terlihat begitu tadi”
“kalau begitu matamu butuh kaca mata” tukasnya tak
mau kalah
Taehyung terdiam, membatu. Ia tak dapat lagi melawan
manusia pucat dengan mulut pedas ini, benar-benar sinis, bahkan Taehyung
menyesal telah menolong Jungkook tadi.
Jungkook melanjutkan langkahnya meninggalkan
laki-laki dengan rambut blode dan wajah yang agak sedikit memar itu, sejenak ia
berhenti dan berbalik menatap lelaki bernama Kim Taehyung itu.
“dan ingat, jangan harap kita jadi dekat Cuma karena
hal ini!” tegasnya membuat Taehyung sedikit bingung
"Thanks" lanjutnya
“Hah?”
"Eotte? kau puas?" laki-laki dengan surai hitam dan kulit pucat itu melangkah pergi
Taehyung tak mengerti, sebenarnya Jeon Jungkook ini
alien darimana?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar